Pages

 

Jumat, 16 Juni 2017

Budidaya dan Produksi Karet (Hevea Brasilliensis)

1 komentar

Budidaya dan Produksi Karet (Hevea Brasilliensis)


Kita semua tahu Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh jenis tanahnya yang subur dan iklim tropis. Sebagian masyarakat Indonesia berkebun karet sebagai sumber penghasilan dan juga membudidayakan pohon-pohon karet. Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usaha tani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya. Karet juga merupakan tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus.
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya (Anwar, 2001).
Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor (Deptan, 2006).
Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer (Maryadi, 2005).
Tanaman karet ( Hevea brasilliensis Muell Arg ) adalah tanaman getah-getahan. Dinamakan demikian karena golongan ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah ( lateks ) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai (Santosa, 2007).
Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor (Deptan, 2006). 

KLASIFIKSI TANAMAN KARET

Tanaman Karet Nama ilmiah karet atau nama latin karet adalah Hevea brasiliensis. Klasifikasi tumbuhan karet adalah sebagai berikut : 
Kingdom                     : Plantae (Tumbuhan) S
Subkingdom                : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) 
Super Divisi                : Spermatophyta (Menghasilkan biji) 
Divisi                          : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) 
Kelas                           : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) 
Sub Kelas                    : Rosidae
Ordo                            : Euphorbiales
Famili                          : Euphorbiaceae
Genus                          : Hevea
Spesies                        : Hevea brasiliensis Muell. Arg 

Selain klasifikasi, ada juga morfologi tanaman karet yaitu sebagai berikut : 

Morfologi Akar Tanaman Karet Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang, mampu menopang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Akar tunggang dapat merangsek ke dalam tanah hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m. Akar yang paling aktif menyerap air dan nutrisi yaitu bulu akar yang berada di kedalaman 0-60 cm. 
Morfologi Batang Tanaman Karet Morfologi batang karet seperti yang sudah disinggung di atas, tumbuh tinggi menjulang dan berukuran besar. Tinggi pohon yang sudah dewasa bisa mencapai 15-25 m, berdaun lebat dan dapat mencapai umur 100 tahun, memiliki percabangan yang tinggi di atas. Batang tanaman ini mengandung getah (lateks). 
Morfologi Daun Karet Daun karet berwarna hijau yang terdiri dari tangkai daun dengan panjang tangkai daun utama sekitar 3-20 cm dan panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm. Umumnya ada tiga anak daun di setiap sehelai daun karet. Pada saat musim kemarau, daun tanaman karet akan menguning atau memerah. 
Morfologi Bunga dan Buah Tanaman Karet Bunga karet terletak di dalam malai payung tambahan dan terdiri dari bunga jantan dan betina. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng dengan panjang 4-8 mm. Buah karet dilapisi oleh kulit tipis berwara hijau dan di dalamnya ada kulit yang keras dan berkotak, sewaktu masih muda buah berpaut erat dengan ranting. Setiap kotak berisi sebuah biji yang dilapisi cangkang, setelah tua, warna kulit buah berubah menjadi keabu-abuan dan kemudian mengering. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah, jumlah biji biasanya ada tiga dan terkadang empat sesuai dengan jumlah ruang. 

Budidaya tanaman karet
Ciri-ciri tanaman karet
1. Karet Alam
  • Memiliki Banyak Biji.
  • Ukuran daun kecil.
  • Memiliki kulit yang kasar.
  • Debit air meningkat terus menerus.
  • Memiliki warna lateks yang berwarna putih susu
2. Karet Sintetisa
  • Memiliki biji yang sedikit.
  • Ukuran daun kecil.
  • Kulit nya halus.
  • Debit air tergantung pada diameter pohon.
  • Memiliki warna lateks yang berwarna putih kekuning-kuningan
Ciri Akar
           Termasuk tanaman yang berakar tunggang, Perakaran tanaman karet alam menyebar secara ekstensif, oleh karena itu memerlukan drainase yang baik, Akar tanman karet mampu menetrasi tanah hingga kedalaman 1 meter. Banjir yang sering melanda tanaman karet dapat merusak perakarannya.
 Ciri Bagian Kayu
           Kayu karet bila dipotong bewarna putih kekuningan. Percabangan batang tanaman karet dimulai sejak bibit berumur satu tahun sesudah masa tanaman. Sesudah percabangan, diameter batang meningkat secara teratur dan kontinyu, namun sesudah tanaman disadap, pertumbuhan tanaman berhenti sama sekali. Kayu tersebut dapat dijadikan kerajinan tangan dan perabot rumah tangga. Namun demikian, kayu pohon karet kuang tahan terhadap serangan serangga seperti rayap, serangga dan jamur (Syamsulbahri, 1985).
           Dari lapisan kulit terluar (periperi) hingga menuju pisat kayu terdiri dari lapisan kulit terluar, lapisan gabus, kulit keras, dan kulit lunak. Kulit lunak ini sebagian besar terdiri atas pembuluh ayak yang vertikal dan pembuluh lateks. Pembuluh lateks merupakan modifikasi dari pembuluh ayak (sieve tubes). Sieve tube atau pembuluh ayak merupakan bagian dari pembuluh angkut floem. Pembuluh lateks tersebut tumbuh dari lapisan kambium. Pembuluh lateks tersusun secara memanjang (longitudinal). Pembuluh lateks berbentuk tabung memutar melingkari batang dengan sudut kemiringan 3,50 arah verikal. Oleh karena itu, pada pengambilan cairan lateks pada pohon karet, dilakukan penyayatan sadap miring. Penyayatan dimulai dari sebelah kiri atas mengarah kesebelah kanan bawah.
Ciri Bagian Daun
          Daun tanaman karet adalah trifolia dengan tangkai daun yang panjang,serat daun tampak jelas dan bersifat kasar. Daun tersusun secara spiral dan berambut. Daun baru tanaman karet berwarna merah tua, selanjutnya berangsur-angsur akan berubah menjadi hijau tua. Perkembangan semenjak daun muncul hingga masak memerlukan waktu 36 hari, dengan rincian 18 hari digunakan untuk perkembangan daun hingga mencapai ukuran maksimal, sedangkan sisa harinya digunakan untuk pematangan daun dengan diakhiri perubahan warna daun menjadi hijau tua (Syamsulbahri, 1985).Tanaman karet secara reguler merontokkan daun-daunnya (deciduous). 
Ciri Bagian Buah
          Buah dari karet masak sesudah 5-6 bulan setelah pembuahan. Buah yang masak tampak kompak, padat dan besar. Buah terrsebut terdiri dari 3 ruang bakal biji. Biji karet besar dan sedikit padat, ukurannya 2-3,5 x 1,5-3 cm, mengkilat dengan bobot biji antara 2-4 gram (Syamsulbahri, 1985).
Fase Perkecambahan
          Perkecambahan biji karet terjadi 7-10 hari sesudah disemaikan. Bibit karet ataupun tanaman karet dewasa mempunyai pertumbuhan yang berperiodik, setiap pertumbuhan daun dinamakan mupus atau flush. Setiap periode pertumbuhan tunas juga dikenal sebagai pertumbuhan daun payung (Syamsulbahri, 1985).
 Syarat tumbuh tanaman karet:
Iklim Tanaman karet dapat tumbuh optimal adalah pada zone antara 15°LS hingga 15°LU. Diluar zone tersebut, pertumbuhan tanaman karet akan terhambat sehingga produktivitasnya juga akan terlambat. Tanaman karet dapat tumbuh optimal pada daerah dengan curah hujan antara 2.500 mm hingga 4.000 mm per tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 hingga 150 HH per tahun. Kendatipun demikian, jika hujan pada daerah tersebut sering terjadi dipagi hari, produksi akan berkurang. Suhu optimal yang diperlukan tanaman berkisar antara 25°C hingga 35°C dan sebetulnya tanaman karet tumbuh optimal pada daerah dengan elevasi 200 m diatas permukaan laut. Daerah dengan elevasi lebih dari 600 m diatas permukaan laut tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman karet. Selain itu, daerah dengan kecepatan angin yang terlalu kencang juga umumnya kurang baik untuk budidaya tanaman karet.
Tanah Tanaman karet umumnya lebih mempersyaratkan keadaan tanah dari sifat-sifat fisiknya dibandingkan sifat kimianya. Hal ini disebabkan karena sifat fisik tanah lebih sulit diperbaiki dibandingkan dengan sifat kimia. Beberapa sifat fisik tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet adalah kedalaman tanah lebih dari 100 cm dan tidak terdapat batu-batuan atau lapisan cadas, aerasi dan drainase cukup, tekstur tanah remah, poreus, dan dapat menahan air, strukturnya terdiri dari 35% liat dan 30% pasir, kedalaman gambut tidak lebih dari 20 cm, pH tanah antara 4,5 hingga 6,5, kemiringan tanah kurang dari 16%, dan permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm. Tanaman karet dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, kendatipun hanya dapat tumbuh optimal pada lahan dengan tanah dari jenis vulkanis muda dan tua. Hal ini karena jenis tanah vulkanis mempunyai sifat fisik yang cukup baik terutama tekstur, struktur, kedalaman lapisan tanah, kedalaman air tanah, aerasi dan drainase.


Perkembangan Luas Areal Perkebunan Karet.

Perkembangan Luas Areal Perkebunan Karet di Indonesia dalam dua tahun terakhir mengalami peningkaan. Pada tahun 2014 lahan perkebunan karet indonesia tercatat seluas 3,61 juta hektar, selanjutnya pada tahun 2015 diperkirakan luar areal perkebunan karet Indonesia meningkat sebesar 0,43 % atau menjadi 3,62 juta hektar.
Tahun 2014 sampai dengan 2015, luas areal perkebunan karet tersebar di 26 provinsi yakni seluruh provinsi di Pulau Sematera, di Pulau Kalimantan, dan Pulau Jawa kecuali DKI Jakarta; Sulawesi, Maluku, dan Papua.
Dari 26 Srovinsi tersebut, Provinsi Sumatera Selatan merupakan provinsi dengan areal perkebunan karet terluas di Indonesia, pada tahun 2014 tercatat seluas 835,34 ribu hektar atau 23,16 %dari total luas area perkebunan karet di Indonesia, bahkan pada tahun 2015 provinsi Sumatera diperkirakan masih merupakan provinsi dengan area perkebunan karet terluas dengan luasan 837,50 ribu hektar.
Produksi karet dalam negeri mencapai satu ton, kalah dengan Malaysia sudah memproduksi 1,3 ton per hektare, Thailand 1,9 ton per hectare jika dilihat produksi karet kita memang mengalami kenaikan namun masih sedikit dibandingkan negara produsen karet lain seperti malaysi dan Thailand. Mungkin hal ini terjati Karena rata-rata perkebunan karet di Indonesia tanaman yang sudah mulai berkurang jumlah maupun kualitas karetnya Karena telah lama dan tidak ada peremajaan, Karena seharusnya dilakukan penanaman kembali (replant) atau revitalisasi pohon karet yang saat ini tidak berjalan dengan baik. Karena banyak pohon karet yang sudah tidak produktif lagi.
Kedepannya seharusnya pemerintah bisa memberikan bibit unggul dan revitalisasi yang baik kepada petani, dalam dua tahun ke depan Indonesia bisa jadi nomor satu sebagai penghasil karet." Berikan bibit yang terbaik kepada para petani, berikan keistimewaan kepada para petani, dan berikan revitalisasi yang terbaik kepada petani. Saya yakin kalau itu diberikan oleh pemerintah, Indonesia bisa jadi nomor satu dalam memproduksi karet per tahunnya

Kesimpulan 

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Karet juga merupakan tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Syarat tumbuh tanaman karet yaitu pada ketinggian tempat 0-200 mdpl dengan curah hujan 1.500-3.000 mm/th. Dan pada tekstur tanah yang lempung berpasir dan liat berpasir. Penyakit yang biasanya menyerang tanaman karet adalah jamur akar putih, akar merah, dan penyakit yang menyerang batang, sadap, dan daun. Hama yang menyerang tanaman karet adalah rayap, kutu, babi hutan, rusa, kijang, dan lain sebagainya. 
Selain itu juga walaupun produksi karet dalam negeri mencapai satu ton, tapi nyatanya kita masih kalah dengan Malaysia sudah memproduksi 1,3 ton per hektare, Thailand 1,9 ton per hectare jika dilihat produksi karet kita memang mengalami kenaikan namun masih sedikit dibandingkan negara produsen karet lain seperti malaysi dan Thailand.

DAFTAR PUSTAKA

Read more...

Senin, 22 Mei 2017

Kunjungan Lapangan ke Balai Penelitian Tanaman Industri

1 komentar
Kamis 27 April 2017, Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Nasional melakukan kunjungan ke Balitri (Balai Penelitiian Tanaman Industri) dalam rangka kunjungan lapangan untuk mata kuliah budidaya tanaman perkebunan.
Terdiri dari 18 Mahasiswa dan bersama dengan Dekan Fakultas Pertanian yang juga sebagai dosen mata kuliah budidaya tanaman perkebunan Bapak Ir. Inkorena G.S. Sukartono, M.Agr.
Sesampainya di Balitri rombongan mahasiswa langsung di sambut hangat oleh kepala Balittri, Ir. Syafaruddin , Ph.D, beserta dengan staff nya.
Dalam sambutannya kepala Balittri menyampaikan terbukanya peluang menjalin kerjasama antara lain dalam hal penelitian dan magang untuk menunjang pendidikan dan meningkatkan kualitas SDM dosen dan mahasiswa.
Sambutan Kepala Balittri

Mahasiswa sangat antusias dalam penyampaian materi yang di berikan balittri.

Dalam kunjungan pertama mahasiswa di kenalkan tentang apa itu Balittri mulai dari sejarahnya sampai tanaman apa saja yang sudah di kembangkan oleh balittri dimulai dari pengenalan beberapa varietas tanaman kopi, kakao,  karet, tanaman rempah, tanaman penghasil minyak dan tanaman langka yang menjadi koleksi plasma nutfah di kawasan Agro Widyawisata Ilmiah (AWwI).
Bapak Ir. Dibyo Pranowo mengenalkan tanaman kemiri sunan.
Dalam kunjungannya mahasiswa di temani oleh Bapak Ir. Dibyo Pranowo beserta Bapak Ir. Bambang Eka Tjahjana dan juga Bapak Asif aunillah yang menjelaskan tentang balittri. Selain pemberian materi mahasiswa juga di beri pelatihan tentang cara budi daya kopi, khususnya perbanyakan bahan tanaman kopi melalui stek berakar. Beberapa mahasiswa juga mencoba untuk mempraktekkan secara langsung perbanyakan kopi di bak persemaian.



Mahasiswa Fakultas Pertanian dengan melakukan penanaman di bak persemaian.
Setelah panas-panasan di kebun balittri Selanjutnya mahasiswa, kunjungan ke Bioindustri Kopi dan Kakao, peserta mendapat penjelasan tentang tahapan pengolahan kopi dan kakao sampai pengemasan produk. Tak ketinggalan rombongan berkesempatan menyicipi produk-produk olahan yang ada di unit ini.
Pengenalan alat pengolahan kakao dan kopi kepada mahasiswa fakultas pertanian unas.
Disini mahasiswa diberikan materi tentang cara pengolahan kopi dan kakao dimulai dari proses penghancura bahan sampai menjadi produk olahan. Mahasiswa juga diperbolehkan mencoba hasil olahan coklat yang sudah jadi. selain itu mahasiswa juga bisa membeli produk hasil olahan yang sudah jadi untuk oleh oleh, tentu selain proses pengolahan nya yang sangat baik produk yang di beli mahasiswa ini pun belum banyak yang di pasarkan.

Produk hasil olahan coklat di balittri.
Setelah selesai pemberian materi dan belanja oleh-oleh mahasiswa melanjutkan kunjungan ke Instalasi pengolahan biodiesel yang berada di Bioenergy Hills. Disini rombongan mahasiswa fakultas pertanian unas mendapatkan penjelasan secara mendalam mengenai pengolahan biodiesel mulai dari tahapan pemanenan hingga menjadi biodiesel serta pengolahan hasil sampingnya. jadi di balittri ini selain perbanyakan tanaman industri, pengolahan hasilnya selain untuk olahan makanan juga ada pengolahan bahan bakarnya.
Alat untuk pengolahan biodiesel

pemberian materi yang dilakukan oleh bapak Dibyo pranowo.
Hasil olahan
Selain menjadi bahan bakar atau dikenal Biodiesel hasil dari proses pembuatannya juga menghasilkan Gliserol yang bisa digunakan untuk bahan baku pembuatan sabun atau deterjen. 
Foto mahasiswa sebelum pulang kembali ke jakarta
Setelah serangkaian kunjungan lapangan akhirnya mahasiswa kembali melakukan foto bersama sebelum pulang ke jakarta, dan saya sebagai mahasiswa fakultas pertanian mengucapkan banyak terimakasih kepada balittri selain sambutannya yang hangat ilmu yang banyak kami juga dapat mencoba hasl olahan yang benar-benar enak ;-)
Sukses terus untuk balittri semoga suatu saat saya bisa kembali mengunjungi nya.
Read more...

Selasa, 16 Mei 2017

Jenis-jenis Kelapa Sawit

0 komentar

Jenis Jenis Kelapa Sawit
Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah

 


  1.  Varietas Dura, Ciri – ciri :


  • Memiliki tempurung dengan ketebalan 2-3 mm.
  •  Daging buah relatif tipis 35 – 50 % terhada buah.
  •  Biji besar dengan kandungan minyak rendah.
  •  Dalam persilangan di gunakan untuk indukan betina.
     2. Varietes Psifera, Ciri – ciri :
  •  Ketebalan tempurung sakit relatif tipis
  •  Daging buah tebl, lebuh tebal dari buah dura. 
  • Daging biji sangat tipis.
  •  Minyak sawit yang di hasilkan rendah.
  •  Tidak dapat di perbanyak tanpa di silangkan dengan jenis sawit lainnya.
    3. Varietes tenera, Ciri – ciri :
  • Hasil persilangan dari kedua diata.
  • Memiliki tempurung tipis 0-5 mm.
  •  Terdapat serabut lingkaran di keliling tempurung.
  •  Daging buah sangat tebal.
  •  Tandan buah sangat banyak , tetapi memiliki ukuran kecil.
  •  Berat tandan mencapai 22-24 %.
B.  Varietes berdasarkan wana kulit kelapa sawit

Untuk menghasilkan mengetahui benih atau bibit yang berkualitas maka harus mengetahui warna kulit kelapa sawit dengan baik. Berupa varietes nigrescense, Virescens , dan albenscens.
  1. Varietes Nigrescens : Memiliki warna mudah kehitam-hitaman atau coklat , dan warna matang sempurna berwarna jingga kehitaman.
  2.  Varietes Virescens : Memiliki warna mudah hijau, dan memiliki warna matang sempurna jingga kemerahan, dan juga ujung berwana hijau.
  3.  Varietes Abescnes : Memiliki warna mudah keputi-putihan, dan juga warna matang sempurna berwran kekuningan serta ujung ungu kehitaman.

Jenis Jenis Kakao
1)      Kakao Criollo

Criollo termasuk jenis yang menghasilkan biji kakao dengan mutu terbaik sebagai kakao mulia,fine flovour cocoa,choiced cocoa dan edel cocoa. Criollo memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·         Pertumbuhan tanaman kurang kuat dan produksinya relatif rendah.
·         Tunas-tunas muda umumnya berbulu.
·         Masa berbuah lambat.
·         Agak peka terhadap serangan hama dan penyakit.
·         Kulit buah tipis dan mudah diiris.
·         Terdapat 10 alur yang letaknya berselang-seling, dimana 5 alur agak dalam dan 5 alur dangkal.
·         Ujung buah umunya berbentuk tumpul, sedikit bengkok, dan tidak memiliki bottle neck.
·         Tiap buah berisi 30-40 biji, yang bentuknya agak bulat sampai bulai.
·         Endospermaenya berawrna putih.
·         Warna buah muda umunya merah dan bila sudah masak menjadi orange.
·         Berjumlah lebih kurang 7% dari produksi kakao dunia dan merupakan jenis edel yang dihasilkan di Equador, Venezuela, Trinidad, Grenada, Jamaika, Srilangka, Indonesia dan Samoa.
2)      Kakao Forastero

Forastero umumnya termasuk kakao bermutu sedang atau bulk cocoa atau lebih dikenal dengan ordinary cocoa. Forastero memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·         Pertumbuhan tanaman kuat dan produksinya tinggi.
·         Masa berbuah lebih awal.
·         Umunya diperbanyak dengan seamaian hibrida.
·         Relatif lebih tahan serangan hama dan penyakit.
·         Kulit buah agak keras tetapi permukaanya halus.
·         Alur-alur pada kulit buah agak dalam.
·         Memiliki bottle neck dan ada pula yang tidak memiliki.
·         Endospermaenya berwarna ungu-tua dan berbentuk gepeng.
·         Kulit buah berawarna hijau terutama yang berasal dari Amazona
·         Jumlahnya sekitar 93% dari produksi kakao dunia dan merupakan jenis bulk yang dihasilkan Afrika Barat, Brazil dan Dominika.

3)      Kakao Trinitario

Merupakan hybrida dari jenis kakao Criollo dan Forastero secara alami sehingga jenis kakao ini sangat heterogen. Trinitario  memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·         Kakao jenis ini menghasilkan biji kakao fine flavour cocoa dan ada yang termasuk dalam bulk cocoa.
·         Memiliki pertumbuhan yang cepat.
·         Fermentasi singkat.
·         Produktivitas tinggi.
·         Tahan penyakit Vaskular Streak Dieback.
·         Bentuknya bermacam-macam dengan buah berwarna hijau dan merah.
·         Biji kakaonya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna unggu muda sampai unggu tua pada saat basah.


Daftar Pustaka

Read more...
 
Aziz Saputra © 2016