Pages

 

Senin, 22 Mei 2017

Kunjungan Lapangan ke Balai Penelitian Tanaman Industri

1 komentar
Kamis 27 April 2017, Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Nasional melakukan kunjungan ke Balitri (Balai Penelitiian Tanaman Industri) dalam rangka kunjungan lapangan untuk mata kuliah budidaya tanaman perkebunan.
Terdiri dari 18 Mahasiswa dan bersama dengan Dekan Fakultas Pertanian yang juga sebagai dosen mata kuliah budidaya tanaman perkebunan Bapak Ir. Inkorena G.S. Sukartono, M.Agr.
Sesampainya di Balitri rombongan mahasiswa langsung di sambut hangat oleh kepala Balittri, Ir. Syafaruddin , Ph.D, beserta dengan staff nya.
Dalam sambutannya kepala Balittri menyampaikan terbukanya peluang menjalin kerjasama antara lain dalam hal penelitian dan magang untuk menunjang pendidikan dan meningkatkan kualitas SDM dosen dan mahasiswa.
Sambutan Kepala Balittri

Mahasiswa sangat antusias dalam penyampaian materi yang di berikan balittri.

Dalam kunjungan pertama mahasiswa di kenalkan tentang apa itu Balittri mulai dari sejarahnya sampai tanaman apa saja yang sudah di kembangkan oleh balittri dimulai dari pengenalan beberapa varietas tanaman kopi, kakao,  karet, tanaman rempah, tanaman penghasil minyak dan tanaman langka yang menjadi koleksi plasma nutfah di kawasan Agro Widyawisata Ilmiah (AWwI).
Bapak Ir. Dibyo Pranowo mengenalkan tanaman kemiri sunan.
Dalam kunjungannya mahasiswa di temani oleh Bapak Ir. Dibyo Pranowo beserta Bapak Ir. Bambang Eka Tjahjana dan juga Bapak Asif aunillah yang menjelaskan tentang balittri. Selain pemberian materi mahasiswa juga di beri pelatihan tentang cara budi daya kopi, khususnya perbanyakan bahan tanaman kopi melalui stek berakar. Beberapa mahasiswa juga mencoba untuk mempraktekkan secara langsung perbanyakan kopi di bak persemaian.



Mahasiswa Fakultas Pertanian dengan melakukan penanaman di bak persemaian.
Setelah panas-panasan di kebun balittri Selanjutnya mahasiswa, kunjungan ke Bioindustri Kopi dan Kakao, peserta mendapat penjelasan tentang tahapan pengolahan kopi dan kakao sampai pengemasan produk. Tak ketinggalan rombongan berkesempatan menyicipi produk-produk olahan yang ada di unit ini.
Pengenalan alat pengolahan kakao dan kopi kepada mahasiswa fakultas pertanian unas.
Disini mahasiswa diberikan materi tentang cara pengolahan kopi dan kakao dimulai dari proses penghancura bahan sampai menjadi produk olahan. Mahasiswa juga diperbolehkan mencoba hasil olahan coklat yang sudah jadi. selain itu mahasiswa juga bisa membeli produk hasil olahan yang sudah jadi untuk oleh oleh, tentu selain proses pengolahan nya yang sangat baik produk yang di beli mahasiswa ini pun belum banyak yang di pasarkan.

Produk hasil olahan coklat di balittri.
Setelah selesai pemberian materi dan belanja oleh-oleh mahasiswa melanjutkan kunjungan ke Instalasi pengolahan biodiesel yang berada di Bioenergy Hills. Disini rombongan mahasiswa fakultas pertanian unas mendapatkan penjelasan secara mendalam mengenai pengolahan biodiesel mulai dari tahapan pemanenan hingga menjadi biodiesel serta pengolahan hasil sampingnya. jadi di balittri ini selain perbanyakan tanaman industri, pengolahan hasilnya selain untuk olahan makanan juga ada pengolahan bahan bakarnya.
Alat untuk pengolahan biodiesel

pemberian materi yang dilakukan oleh bapak Dibyo pranowo.
Hasil olahan
Selain menjadi bahan bakar atau dikenal Biodiesel hasil dari proses pembuatannya juga menghasilkan Gliserol yang bisa digunakan untuk bahan baku pembuatan sabun atau deterjen. 
Foto mahasiswa sebelum pulang kembali ke jakarta
Setelah serangkaian kunjungan lapangan akhirnya mahasiswa kembali melakukan foto bersama sebelum pulang ke jakarta, dan saya sebagai mahasiswa fakultas pertanian mengucapkan banyak terimakasih kepada balittri selain sambutannya yang hangat ilmu yang banyak kami juga dapat mencoba hasl olahan yang benar-benar enak ;-)
Sukses terus untuk balittri semoga suatu saat saya bisa kembali mengunjungi nya.
Read more...

Selasa, 16 Mei 2017

Jenis-jenis Kelapa Sawit

0 komentar

Jenis Jenis Kelapa Sawit
Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah

 


  1.  Varietas Dura, Ciri – ciri :


  • Memiliki tempurung dengan ketebalan 2-3 mm.
  •  Daging buah relatif tipis 35 – 50 % terhada buah.
  •  Biji besar dengan kandungan minyak rendah.
  •  Dalam persilangan di gunakan untuk indukan betina.
     2. Varietes Psifera, Ciri – ciri :
  •  Ketebalan tempurung sakit relatif tipis
  •  Daging buah tebl, lebuh tebal dari buah dura. 
  • Daging biji sangat tipis.
  •  Minyak sawit yang di hasilkan rendah.
  •  Tidak dapat di perbanyak tanpa di silangkan dengan jenis sawit lainnya.
    3. Varietes tenera, Ciri – ciri :
  • Hasil persilangan dari kedua diata.
  • Memiliki tempurung tipis 0-5 mm.
  •  Terdapat serabut lingkaran di keliling tempurung.
  •  Daging buah sangat tebal.
  •  Tandan buah sangat banyak , tetapi memiliki ukuran kecil.
  •  Berat tandan mencapai 22-24 %.
B.  Varietes berdasarkan wana kulit kelapa sawit

Untuk menghasilkan mengetahui benih atau bibit yang berkualitas maka harus mengetahui warna kulit kelapa sawit dengan baik. Berupa varietes nigrescense, Virescens , dan albenscens.
  1. Varietes Nigrescens : Memiliki warna mudah kehitam-hitaman atau coklat , dan warna matang sempurna berwarna jingga kehitaman.
  2.  Varietes Virescens : Memiliki warna mudah hijau, dan memiliki warna matang sempurna jingga kemerahan, dan juga ujung berwana hijau.
  3.  Varietes Abescnes : Memiliki warna mudah keputi-putihan, dan juga warna matang sempurna berwran kekuningan serta ujung ungu kehitaman.

Jenis Jenis Kakao
1)      Kakao Criollo

Criollo termasuk jenis yang menghasilkan biji kakao dengan mutu terbaik sebagai kakao mulia,fine flovour cocoa,choiced cocoa dan edel cocoa. Criollo memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·         Pertumbuhan tanaman kurang kuat dan produksinya relatif rendah.
·         Tunas-tunas muda umumnya berbulu.
·         Masa berbuah lambat.
·         Agak peka terhadap serangan hama dan penyakit.
·         Kulit buah tipis dan mudah diiris.
·         Terdapat 10 alur yang letaknya berselang-seling, dimana 5 alur agak dalam dan 5 alur dangkal.
·         Ujung buah umunya berbentuk tumpul, sedikit bengkok, dan tidak memiliki bottle neck.
·         Tiap buah berisi 30-40 biji, yang bentuknya agak bulat sampai bulai.
·         Endospermaenya berawrna putih.
·         Warna buah muda umunya merah dan bila sudah masak menjadi orange.
·         Berjumlah lebih kurang 7% dari produksi kakao dunia dan merupakan jenis edel yang dihasilkan di Equador, Venezuela, Trinidad, Grenada, Jamaika, Srilangka, Indonesia dan Samoa.
2)      Kakao Forastero

Forastero umumnya termasuk kakao bermutu sedang atau bulk cocoa atau lebih dikenal dengan ordinary cocoa. Forastero memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·         Pertumbuhan tanaman kuat dan produksinya tinggi.
·         Masa berbuah lebih awal.
·         Umunya diperbanyak dengan seamaian hibrida.
·         Relatif lebih tahan serangan hama dan penyakit.
·         Kulit buah agak keras tetapi permukaanya halus.
·         Alur-alur pada kulit buah agak dalam.
·         Memiliki bottle neck dan ada pula yang tidak memiliki.
·         Endospermaenya berwarna ungu-tua dan berbentuk gepeng.
·         Kulit buah berawarna hijau terutama yang berasal dari Amazona
·         Jumlahnya sekitar 93% dari produksi kakao dunia dan merupakan jenis bulk yang dihasilkan Afrika Barat, Brazil dan Dominika.

3)      Kakao Trinitario

Merupakan hybrida dari jenis kakao Criollo dan Forastero secara alami sehingga jenis kakao ini sangat heterogen. Trinitario  memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·         Kakao jenis ini menghasilkan biji kakao fine flavour cocoa dan ada yang termasuk dalam bulk cocoa.
·         Memiliki pertumbuhan yang cepat.
·         Fermentasi singkat.
·         Produktivitas tinggi.
·         Tahan penyakit Vaskular Streak Dieback.
·         Bentuknya bermacam-macam dengan buah berwarna hijau dan merah.
·         Biji kakaonya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna unggu muda sampai unggu tua pada saat basah.


Daftar Pustaka

Read more...

Senin, 01 Mei 2017

Produksi Kopi Indonesia

0 komentar

Tanaman Kopi

Tanaman kopi (Coffea spp.) merupakan komoditas ekspor unggulan yang dikembangkan di Indonesia karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran dunia. Permintaan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat karena seperti kopi Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat serta kopi Arabika mempunyai karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik dan ekselen.
Dalam hal perkopian di Indonesia , kopi rakyat memegang peranan yang penting, mengingat sebagian besar (93 %) produksi kopi merupakan kopi rakyat. Namun demikian kondisi pengelolaan usaha tani pada kopi rakyat relatif masih kurang baik dibanding kondisi perkebunan besar Negara (PBN). Ada dua permasalahan utama yang diidentifikasi pada perkebunan kopi rakyat, yaitu rendahnya produktivitas dan mutu hasil yang kurang memenuhi syarat untuk diekspor. Di Sulawesi Selatan berdasarkan data Statistik Dinas Perkebunan Prov. Sul Sel tahun 2008, luas areal pertanaman kopi Arabika sebesar 47.181,46 ha yang melibatkan 65.178 KK petani dengan total produksi hanya sebesar 19.384,69 ton, karena produktivitasnya yang masih sangat rendah yaitu hanya sebesar 636,24 kg/ha/tahun, sementara potensi produksinya dapat mencapai 1.500 kg/ha/tahun. Demikian halnya dengan Kabupaten Enrekang yang merupakan salah satu daerah penghasil kopi Arabika di Sulawesi Selatan dari luas areal sebesar 11.384 ha dengan jumlah petani sebanyak 16.632 KK produksinya pada tahun 2008 hanya sebesar 5.350 ton karena produktivitas hanya mencapai 648,48 kg/ha/tahunnya.
Rendahnya produktivitas kopi di antaranya disebabkan adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Beberapa jenis OPT yang menyerang tanaman kopi di Sulawesi Selatan adalah hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.), penggerek batang, (Zeuzera sp.,), Penggerek cabang (Xylosandrus spp.), kutu hijau (Cocus viridis), kutu putih (Ferrisia virgata), penyakit karat daun (Hemileia vastatrix), Cercospora sp., Embun jelaga dan Busuk buah kopi serta terakhir yang disebabkan oleh nematode.
Penyakit busuk buah menyebabkan kerugian serius telah dilaporkan pertama kali dari Kenya, sebesar 75% di beberapa perkebunan. Penyakit ini menyebabkan matinya tanaman kopi di beberapa daerah di Kenya dan Ethiopia. Di daerah lain, kerugian dapat mencapai 80%. Perkiraan konservatif lebih dari kerugian yang terjadi di Kenya adalah 20%.
Busuk buah juga dilaporkan menyerang perkebunan kopi milik masyarakat di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Akibatnya, jumlah hasil produksi mengalami penurunan hingga 30 persen, juga sangat meresahkan para petani kopi di daerah itu.

Kopi

Kopi adalah jenis minuman yang penting bagi sebagian besar masyarakat di seluruh dunia. Bukan hanya karena kenikmatan konsumen peminum kopi namun juga karena nilai ekonomis bagi negara-negara yang memproduksi dan mengekspor biji kopi (seperti Indonesia). Bagi beberapa orang produk ini, dibuat dari biji tanaman kopi yang dipanggang (tanaman berbunga dari famili Rubiaceae), disebut sebagai “komoditi kedua yang paling banyak diperdagangkan secara legal” dalam sejarah manusia.
Kopi yang dijual di dunia biasanya adalah kombinasi dari biji yang dipanggang dari dua varietas pohon kopi: arabika dan robusta. Perbedaan di antara kedua varietas ini terutama terletak pada rasa dan tingkat kafeinnya. Biji arabika, lebih mahal di pasar dunia, memiliki rasa yang lebih mild dan memiliki kandungan kafein 70% lebih rendah dibandingkan dengan biji robusta.
Wilayah subtropis dan tropis merupakan lokasi yang baik untuk budidaya kopi. Oleh karena itu, negara-negara yang mendominasi produksi kopi dunia berada di wilayah Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara.
Kopi adalah komoditi yang diperdagangkan di bursa-bursa komoditi dan futures, yang paling penting di London dan New York. Di bawah ini, terdapat dua tabel yang mengindikasikan lima negara produsen kopi utama dunia dan lima negara eksportir kopi utama dunia.



KOPI DI INDONESIA

Produksi Domestik, Ekspor dan Konsumsi Kopi Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara produsen dan eksportir kopi paling besar di dunia. Kebanyakan hasil produksinya adalah varietas robusta yang berkualitas lebih rendah. Indonesia juga terkenal karena memiliki sejumlah kopi khusus seperti 'kopi luwak' (dikenal sebagai kopi yang paling mahal di dunia) dan 'kopi Mandailing' (lihat di bawah). Berkaitan dengan komoditi-komoditi agrikultur, kopi adalah penghasil devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao.
Kopi diperkenalkan di Nusantara oleh Belanda yang pada awalnya menanam pohon-pohon kopi di sekitar wilayah kekuasaan mereka di Batavia namun kemudian dengan cepat mengekspansi produksi kopi ke wilayah Bogor dan Sukabumi di Jawa Barat di abad ke-17 dan abad ke-18. Indonesia terbukti memiliki iklim yang hampir ideal untuk produksi kopi dan karenanya perkebunan-perkebunan segera didirikan di wilayah-wilayah lain di Jawa, Sumatra dan juga di Sulawesi.
Pada saat ini, perkebunan kopi Indonesia mencakup total wilayah kira-kira 1,24 juta hektar, 933 hektar perkebunan robusta dan 307 hektar perkebunan arabika. Lebih dari 90% dari total perkebunan dibudidayakan oleh para petani skala kecil. Seperti yang telah disebutkan di atas dan mirip dengan raksasa kopi regional Vietnam, sebagian besar hasil produksi biji kopi Indonesia adalah varietas robusta yang berkualitas lebih rendah. Biji arabika yang berkualitas lebih tinggi kebanyakan diproduksi oleh negara-negara Amerika Selatan seperti Brazil, Kolombia, El Salvador dan Kosta Rika. Oleh karena itu, sebagian besar ekspor kopi Indonesia (kira-kira 80%) terdiri dari biji robusta. Ekspor kopi olahan hanyalah bagian kecil dari total ekspor kopi Indonesia.

Provinsi-provinsi yang berkontribusi paling besar untuk produksi kopi Indonesia adalah:
           Robusta
        Arabika
1. Bengkulu (Sumatra)
a. Aceh (Sumatra)
2. Sulawesi Selatan
b. Sumatra Utara
3. Lampung (Sumatra)

















Dimulai dari tahun 1960an, Indonesia telah menunjukkan peningkatan yang kecil namun stabil dalam produksi kopi dunia. Kendati begitu, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), luas perkebunan-perkebunan kopi di Indonesia menurun karena para petani telah mengubah fokus produksi mereka kepada minyak sawit (seperti minyak sawit mentah dan minyak inti kelapa sawit), karet dan kakao yang semuanya memberikan pendapatan yang lebih tinggi di pasar internasional. Oleh karena itu, perkebunan-perkebunan kopi - atau sebagian dari perkebunan tersebut - telah ditransformasi menjadi perkebunan komoditi-komoditi lain.
Pada tahun 2012, kira-kira 70% dari total produksi tahunan biji kopi Indonesia diekspor, terutama kepada para pelanggan di Jepang, Afrika Selatan, Eropa Barat, dan Amerika Serikat. Meskipun begitu, karena konsumsi domestik kopi Indonesia telah bertumbuh, jumlah ekspor telah menurun. Konsumsi kopi di Indonesia meningkat dengan compound annual growth rate (CAGR) 7,7% di tahun 2011-2014. Tetap saja, pada 1,0 kilogram (data 2014), konsumsi per kapita kopi tetap rendah di Indonesia.



Konsumsi Domestik Kopi di Indonesia:

      2011
      2012
      2013
      2014
Konsumpsi Nasional
  3,333,000
  3,584,000
  4,042,000
  4,167,000
(dalam bungkus 60 kilogram)
Sumber: International Coffee Organization




















Kopi-Kopi Spesial Indonesia


Selain memproduksi kopi biasa, Indonesia juga memproduksi beberapa kopi spesial. Yang paling terkenal di antara kopi-kopi spesial ini adalah kopi luwak, kopi Toraja, kopi Aceh dan kopi Mandailing. Kopi jenis pertama - kopi luwak - mungking merupakan jenis kopi paling terkenal karena dikenal sebagai kopi termahal di dunia. Kopi ini diekstrasi dari biji kopi yang telah melalui sistem pencernaan musang luwak Asia (hewan yang mirip kucing). Karena proses fermentasi khusus di dalam perut hewan tersebut (dan juga karena fakta luwak bisa memilih buah kopi yang paling juicy) kopi ini dipercaya memiliki rasa yang lebih kaya. Proses produksinya yang memerlukan banyak tenaga kerja dan kelangkaannya di pasar internasional menyebabkan harganya menjadi mahal.

PROSPEK MASA DEPAN KOPI INDONESIA

Menurut data dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), para petani Indonesia bersama dengan kementerian-kementerian terkait berencana untuk memperluas perkebunan-perkebunan kopi Indonesia, sambil meremajakan perkebunan-perkebunan lama melalui program intensifikasi. Dengan meningkatkan luas perkebunan, produksi kopi Indonesia dalam 10 tahun ke depan ditargetkan untuk mencapai antara 900 ribu ton sampai 1,2 juta ton per tahun.
Disebabkan oleh meningkatnya permintaan global dan domestik, dibutuhkan investasi di sektor kopi negara ini. Selain meningkatkan kuantitas biji kopi, kualitas juga diprediksi akan meningkat karena inovasi-inovasi teknologi. Kendati begitu, produksi kopi per hektar Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara utama penghasil kopi lainnya. Di 2015, Indonesia memproduksi 741 kilogram biji robusta per hektar dan 808 kilogram biji arabika per hektar. Di Vietnam, angka ini mencapai 1.500 kilogram per hektar di di Brazil mencapai 2.000 kilogram per hektar.
Di musim panen 2014-2015, ada kekurangan global sebesar 6,4 juta bungkus biji kopi (menyebabkan kenaikan harga kopi yang tajam di 2014). Kekurangan ini disebabkan oleh kombinasi konsumsi kopi yang meningkat di negara-negara berkembang dan turunnya hasil produksi kopi sehubungan dengan faktor-faktor cuaca. Pada musim panen 2015-2016, kekurangan jumlah kopi ini mungkin menurun menjadi 3,5 juta bungkus. Kendati ada kekurangan ini, harga kopi telah melemah di 2015 karena nilai tukar mata uang Brazil menurun tajam terhadap dollar Amerika Serikat.

Thansk To : 
  • http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/kopi/item186
  • http://hilmanhilmawan3.blogspot.co.id/2013/05/makalah-kopi.html

Pictures By : Google
Read more...
 
Aziz Saputra © 2016