Tanaman Kopi
Tanaman kopi (Coffea
spp.) merupakan komoditas ekspor unggulan yang dikembangkan di Indonesia karena
mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran dunia. Permintaan kopi
Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat karena seperti kopi Robusta
mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat serta kopi Arabika mempunyai
karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavour) yang unik dan ekselen.
Dalam hal perkopian di
Indonesia , kopi rakyat memegang peranan yang penting, mengingat sebagian besar
(93 %) produksi kopi merupakan kopi rakyat. Namun demikian kondisi pengelolaan
usaha tani pada kopi rakyat relatif masih kurang baik dibanding kondisi
perkebunan besar Negara (PBN). Ada dua permasalahan utama yang diidentifikasi
pada perkebunan kopi rakyat, yaitu rendahnya produktivitas dan mutu hasil yang
kurang memenuhi syarat untuk diekspor. Di Sulawesi Selatan berdasarkan data
Statistik Dinas Perkebunan Prov. Sul Sel tahun 2008, luas areal pertanaman kopi
Arabika sebesar 47.181,46 ha yang melibatkan 65.178 KK petani dengan total
produksi hanya sebesar 19.384,69 ton, karena produktivitasnya yang masih sangat
rendah yaitu hanya sebesar 636,24 kg/ha/tahun, sementara potensi produksinya
dapat mencapai 1.500 kg/ha/tahun. Demikian halnya dengan Kabupaten Enrekang
yang merupakan salah satu daerah penghasil kopi Arabika di Sulawesi Selatan
dari luas areal sebesar 11.384 ha dengan jumlah petani sebanyak 16.632 KK
produksinya pada tahun 2008 hanya sebesar 5.350 ton karena produktivitas hanya
mencapai 648,48 kg/ha/tahunnya.
Rendahnya produktivitas
kopi di antaranya disebabkan adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan
(OPT). Beberapa jenis OPT yang menyerang tanaman kopi di Sulawesi Selatan adalah
hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.), penggerek batang,
(Zeuzera sp.,), Penggerek cabang (Xylosandrus spp.), kutu hijau (Cocus
viridis), kutu putih (Ferrisia virgata), penyakit karat daun (Hemileia
vastatrix), Cercospora sp., Embun jelaga dan Busuk buah kopi serta terakhir
yang disebabkan oleh nematode.
Penyakit busuk buah
menyebabkan kerugian serius telah dilaporkan pertama kali dari Kenya, sebesar
75% di beberapa perkebunan. Penyakit ini menyebabkan matinya tanaman kopi di
beberapa daerah di Kenya dan Ethiopia. Di daerah lain, kerugian dapat mencapai
80%. Perkiraan konservatif lebih dari kerugian yang terjadi di Kenya adalah
20%.
Busuk buah juga
dilaporkan menyerang perkebunan kopi milik masyarakat di Kabupaten Humbang
Hasundutan (Humbahas) Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Akibatnya, jumlah hasil
produksi mengalami penurunan hingga 30 persen, juga sangat meresahkan para
petani kopi di daerah itu.
Kopi
Kopi adalah jenis minuman
yang penting bagi sebagian besar masyarakat di seluruh dunia. Bukan hanya
karena kenikmatan konsumen peminum kopi namun juga karena nilai ekonomis bagi
negara-negara yang memproduksi dan mengekspor biji kopi (seperti Indonesia).
Bagi beberapa orang produk ini, dibuat dari biji tanaman kopi yang dipanggang
(tanaman berbunga dari famili Rubiaceae), disebut sebagai “komoditi kedua yang
paling banyak diperdagangkan secara legal” dalam sejarah manusia.
Kopi yang dijual di dunia
biasanya adalah kombinasi dari biji yang dipanggang dari dua varietas pohon
kopi: arabika dan robusta. Perbedaan di antara kedua varietas ini terutama
terletak pada rasa dan tingkat kafeinnya. Biji arabika, lebih mahal di pasar
dunia, memiliki rasa yang lebih mild dan memiliki kandungan kafein 70% lebih
rendah dibandingkan dengan biji robusta.
Wilayah subtropis dan
tropis merupakan lokasi yang baik untuk budidaya kopi. Oleh karena itu,
negara-negara yang mendominasi produksi kopi dunia berada di wilayah Amerika
Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara.
Kopi adalah komoditi yang
diperdagangkan di bursa-bursa komoditi dan futures, yang paling penting di
London dan New York. Di bawah ini, terdapat dua tabel yang mengindikasikan lima
negara produsen kopi utama dunia dan lima negara eksportir kopi utama dunia.
KOPI DI INDONESIA
Produksi Domestik, Ekspor
dan Konsumsi Kopi Indonesia
Indonesia adalah salah
satu negara produsen dan eksportir kopi paling besar di dunia. Kebanyakan hasil
produksinya adalah varietas robusta yang berkualitas lebih rendah. Indonesia
juga terkenal karena memiliki sejumlah kopi khusus seperti 'kopi luwak' (dikenal
sebagai kopi yang paling mahal di dunia) dan 'kopi Mandailing' (lihat di
bawah). Berkaitan dengan komoditi-komoditi agrikultur, kopi adalah penghasil
devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao.
Kopi diperkenalkan di
Nusantara oleh Belanda yang pada awalnya menanam pohon-pohon kopi di sekitar
wilayah kekuasaan mereka di Batavia namun kemudian dengan cepat mengekspansi
produksi kopi ke wilayah Bogor dan Sukabumi di Jawa Barat di abad ke-17 dan
abad ke-18. Indonesia terbukti memiliki iklim yang hampir ideal untuk produksi
kopi dan karenanya perkebunan-perkebunan segera didirikan di wilayah-wilayah
lain di Jawa, Sumatra dan juga di Sulawesi.
Pada saat ini, perkebunan
kopi Indonesia mencakup total wilayah kira-kira 1,24 juta hektar, 933 hektar
perkebunan robusta dan 307 hektar perkebunan arabika. Lebih dari 90% dari total
perkebunan dibudidayakan oleh para petani skala kecil. Seperti yang telah
disebutkan di atas dan mirip dengan raksasa kopi regional Vietnam, sebagian besar
hasil produksi biji kopi Indonesia adalah varietas robusta yang berkualitas
lebih rendah. Biji arabika yang berkualitas lebih tinggi kebanyakan diproduksi
oleh negara-negara Amerika Selatan seperti Brazil, Kolombia, El Salvador dan
Kosta Rika. Oleh karena itu, sebagian besar ekspor kopi Indonesia (kira-kira
80%) terdiri dari biji robusta. Ekspor kopi olahan hanyalah bagian kecil dari
total ekspor kopi Indonesia.
Provinsi-provinsi yang
berkontribusi paling besar untuk produksi kopi Indonesia adalah:
|
|
Robusta
|
Arabika
|
1. Bengkulu (Sumatra)
|
a. Aceh (Sumatra)
|
2. Sulawesi Selatan
|
b. Sumatra Utara
|
3. Lampung (Sumatra)
|
|
Dimulai dari tahun
1960an, Indonesia telah menunjukkan peningkatan yang kecil namun stabil dalam
produksi kopi dunia. Kendati begitu, menurut data dari Badan Pusat Statistik
(BPS), luas perkebunan-perkebunan kopi di Indonesia menurun karena para petani
telah mengubah fokus produksi mereka kepada minyak sawit (seperti minyak sawit
mentah dan minyak inti kelapa sawit), karet dan kakao yang semuanya memberikan
pendapatan yang lebih tinggi di pasar internasional. Oleh karena itu,
perkebunan-perkebunan kopi - atau sebagian dari perkebunan tersebut - telah ditransformasi
menjadi perkebunan komoditi-komoditi lain.
Pada tahun 2012,
kira-kira 70% dari total produksi tahunan biji kopi Indonesia diekspor,
terutama kepada para pelanggan di Jepang, Afrika Selatan, Eropa Barat, dan
Amerika Serikat. Meskipun begitu, karena konsumsi domestik kopi Indonesia telah
bertumbuh, jumlah ekspor telah menurun. Konsumsi kopi di Indonesia meningkat
dengan compound annual growth rate (CAGR) 7,7% di tahun 2011-2014. Tetap saja,
pada 1,0 kilogram (data 2014), konsumsi per kapita kopi tetap rendah di
Indonesia.
Konsumsi Domestik Kopi
di Indonesia:
|
||||
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
Konsumpsi Nasional
|
3,333,000
|
3,584,000
|
4,042,000
|
4,167,000
|
(dalam bungkus 60
kilogram)
|
||||
Sumber: International
Coffee Organization
|
Kopi-Kopi Spesial Indonesia
Selain memproduksi kopi
biasa, Indonesia juga memproduksi beberapa kopi spesial. Yang paling terkenal
di antara kopi-kopi spesial ini adalah kopi luwak, kopi Toraja, kopi Aceh dan
kopi Mandailing. Kopi jenis pertama - kopi luwak - mungking merupakan jenis kopi
paling terkenal karena dikenal sebagai kopi termahal di dunia. Kopi ini
diekstrasi dari biji kopi yang telah melalui sistem pencernaan musang luwak
Asia (hewan yang mirip kucing). Karena proses fermentasi khusus di dalam perut
hewan tersebut (dan juga karena fakta luwak bisa memilih buah kopi yang paling
juicy) kopi ini dipercaya memiliki rasa yang lebih kaya. Proses produksinya
yang memerlukan banyak tenaga kerja dan kelangkaannya di pasar internasional
menyebabkan harganya menjadi mahal.
PROSPEK MASA DEPAN KOPI INDONESIA
Menurut data dari
Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), para petani Indonesia bersama dengan
kementerian-kementerian terkait berencana untuk memperluas
perkebunan-perkebunan kopi Indonesia, sambil meremajakan perkebunan-perkebunan
lama melalui program intensifikasi. Dengan meningkatkan luas perkebunan,
produksi kopi Indonesia dalam 10 tahun ke depan ditargetkan untuk mencapai
antara 900 ribu ton sampai 1,2 juta ton per tahun.
Disebabkan oleh
meningkatnya permintaan global dan domestik, dibutuhkan investasi di sektor
kopi negara ini. Selain meningkatkan kuantitas biji kopi, kualitas juga
diprediksi akan meningkat karena inovasi-inovasi teknologi. Kendati begitu,
produksi kopi per hektar Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara
utama penghasil kopi lainnya. Di 2015, Indonesia memproduksi 741 kilogram biji
robusta per hektar dan 808 kilogram biji arabika per hektar. Di Vietnam, angka
ini mencapai 1.500 kilogram per hektar di di Brazil mencapai 2.000 kilogram per
hektar.
Di musim panen 2014-2015,
ada kekurangan global sebesar 6,4 juta bungkus biji kopi (menyebabkan kenaikan
harga kopi yang tajam di 2014). Kekurangan ini disebabkan oleh kombinasi
konsumsi kopi yang meningkat di negara-negara berkembang dan turunnya hasil
produksi kopi sehubungan dengan faktor-faktor cuaca. Pada musim panen
2015-2016, kekurangan jumlah kopi ini mungkin menurun menjadi 3,5 juta bungkus.
Kendati ada kekurangan ini, harga kopi telah melemah di 2015 karena nilai tukar
mata uang Brazil menurun tajam terhadap dollar Amerika Serikat.
Thansk To :
- http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/kopi/item186
- http://hilmanhilmawan3.blogspot.co.id/2013/05/makalah-kopi.html
Pictures By : Google
0 komentar:
Posting Komentar